MAKALAH
SISTEM PERSEPSI SENSORI 1
“Indra
Pengecap“
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang
“Indra
Pengecap” ini dapat
terselesaikan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Persepsi Sensori
I. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Blitar,
November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................ 4
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................ 5
1.3 TUJUAN.................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 6
2.1 DEFINISI................................................................................................
2.2 ANATOMI FISIOLOGI LIDAH...........................................................
2.3 PROSES PENGECAPAN......................................................................
2.4 FUNGSI LIDAH.....................................................................................
2.5 KELAINAN PADA LIDAH..................................................................
2.6 CARA MERAWAT
KESEHATAN LIDAH.........................................
BAB IIIP ASUHAN KEPERWATAN...........................................................
3.1 PENGKAJIAN........................................................................................
3.2 DIAGNOSA............................................................................................
3.3 INTERVENSI DAN RASIONAL.........................................................
BAB IV PENUTUP..........................................................................................
4.1 KESIMPULAN.......................................................................................
4.2 SARAN....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan
berdampingan dengan alam, karena alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk
hidup. Karena itu setiap makhluk hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga
keseimbangan alam. Untuk dapat menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat
mengenali perubahan lingkungan yang terjadi, Tuhan memberikan indera kepada
setiap makhluk hidup.
Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap
perubahan lingkungan, baik yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Indera
yang ada pada makhluk hidup, memiliki sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor
inilah yang berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan yang terjadi.
Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi menjadi dua, yaitu
interoreseptor dan eksoreseptor.
Interoreseptor ini berfungsi untuk mengenali
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Sel-sel interoreseptor
terdapat pada sel otot, tendon, ligamentum, sendi, dinding pembuluh darah,
dinding saluran pencernaan, dan lain sebagainya. Sel-sel ini dapat mengenali
berbagai perubahan yang ada di dalam tubuh seperti terjadi rasa nyeri di dalam
tubuh, kadar oksigen menurun, kadar glukosa, tekanan darah menurun/naik dan
lain sebagainya.
Eksoreseptor adalah kebalikan dari
interoreseptor, eksoreseptor berfungsi untuk mengenali perubahan-perubahan
lingkungan yang terjadi di luar tubuh. Yang termasuk eksoreseptor yaitu: (1)
Indera penglihat (mata), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan
lingkungan seperti sinar, warna dan lain sebagainya. (2) Indera pendengar
(telinga), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti
suara. (3) Indera peraba (kulit), indera ini berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan seperti panas, dingin dan lain sebagainya. (4) Indera
pengecap (lidah), indera ini berfungsi untuk mengenal perubahan lingkungan
seperti mengecap rasa manis, pahit dan lain sebagainya, (5) Indera pembau
(hidung), indera ini berfungsi untuk mengenali perubahan lingkungan seperti
mengenali/mencium bau. Kelima indera ini biasa kita kenal dengan sebutan panca
indera. Namun yang akan dibahas dalam makalah ini lebih lanjut adalah fisiologi
system indera indera pengecap.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1.3
TUJUAN
1.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Lidah adalah
kumpulan otot
rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan
makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap
yang banyak memiliki struktur tunas
pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.
2.2 ANATOMI FISIOLOGI LIDAH
Sebagian
besar lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat
pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang
pelipis. Terdapat dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan
intrinsik. Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang
disebut papila. Terdapat empat macam papila lidah:
a. Papila
filiformis
Papila
filiformis banyak dan menyebar pada seluruh permukaan lidah yang berfungsi
untuk menerima rasa sentuh dari rasa pengecapan. Filiformis
merupakan penonjolan berbentuk seperti konus.
b. Papila sirkumvalata
Papila sirkumvalata memiliki bentuk V dan terdapat 8
– 12 jenis yang terletak di bagian dasar lidah.
Sirkum valatum merupakan papila yang sangat besar dengan permukaan menutupi
papila lainnya. Pada bagian belakang lidah. banyak kelenjar serosa (von ebner)
dan mukosa yang mengalirkan sekresinya ke dalam cekungan yang megelilingi
papilla ini. Puting kecap banyak disisi papila ini
c. Papila fungiformis
Papila fungiformis merupakan penonjolan dengan
tangkai kecil yang menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah dan berbentuk
jamur. Papila ini mengandung indera perasa pada
permukaan samping atas dan terdapat di sela-sela antara papila filiformis
d. Papila
Filiformis, terdapat pada bagian posterior. Pada foliate tidak terdapat
kuncup-kuncup pengecap.
Gambar. Kuncup Pengecap
Tunas
pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila,
terdiri dari dua sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap
berfungsi sebagai reseptor, sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang.
Bagian-bagian lidah:
a. Bagian
depan lidah, fungsinya untuk mengecap rasa manis.
Rasa manis, tidak di bentuk oleh
suatu sensasi kimia saja (mis. Gula, glikol, aldehit, keton, amida dan asam
amino). Kebanyakan substansi yang membentuk rasa manis adalah substansi kimia
organik. Perubahan sangat kecil pada radikal sederhana mengubah substansi rasa
dari manis menjadi pahit.
b. Bagian
pinggir lidah, fungsinya untuk mengecap rasa asin dan asam.
Rasa asin, kualitas rasa berbeda
antara garam satu dengan garam lainnya. Kation membentuk rasa asin, anion juga
berperan membentuk rasa asin walaupun sedikit.
Rasa asam, intensitas dari sensasi
rasa hampir sebanding dengan logaritma dan konsentrasi ion hydrogen, yaitu
semakin asam suatu rasa maka semakin kuat sensasi di bentuk.
c. Bagian
belakang/pangkal, fungsinya untuk mengecap rasa pahit.
Rasa pahit, substansi yang
membentuk rasa pahit hampir seluruhnya merupakan substansi organic; substansi
organic rantai panjang yang mengandung nitrogen dan alcohol meliputi banyak zat
yang digunakan dalam obat-obatan.
Lidah
memiliki kelenjar ludah, yang menghasilkan air ludah dan enzim amilase
(ptialin). Enzim ini berfungsi mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula.
Letak kelenjar ludah yaitu: kelenjar ludah atas terdapat di belakang telinga,
dan kelenjar ludah bawah terdapat di bagian bawah lidah.
2.3 PROSES PENGECAPAN
Lidah
mempunyai hubungan yang sagat erat dengan indra khusus pengecap. Lidah terdiri
dari dua kelompok yaitu otot intrinsik melakukan gerak halus dan otot
ekstrinsik mengaitkan lidah pada bagian-bagian sekitarnya serta melaksanakan
gerakan kasar pada waktu mengunyah dan menelan. Lidah terletak pada dasar
mulut, ujung serta tepi lidah bersentuhan dengan gigi, dan terdiri dari otot
serat lintang dan dilapisi oleh seraput lendir
yang dapat digerakkan ke segala arah. Lidah terbagi menjadi :
Radiks
lingua (pangkal lidah)
Dorsum
lingua (punggung lidah)
Apeks
lingua (ujung lidah)
Dorsum
membentuk sebagian dasar mulut dan melengkung ke belakang dan ke bawah, bagian
seperti tiga posteriornya berhadapan
dengan faring dan normal tidak terlihat. Sulcus terminalis adalah alur bentuk
v, dengan v menunjuk ke belakang, yang memisahkan bagian dua pertiga anterior
dari sepertiga anterior. Foramen caecum adalah lubang kecil pada apex v.
Membran mukosa bagin dorsum tebal dan ditutupi oleh banyak papila. Sekitar 12
papila besar terlihat dalam satu baris di bagian depan sulcus terminalis;
setiap papiLa di kelilingi oleh parit dangkal. Taste-bud adalah sel khusus pada
dinding parid ini dan mengandung sel tempat rasa di apresiasikan dan dari sana
mereka berhubungan dengan otak. Akar, bagian posteroinferior lidah menempel
dengan otot palatum, procesuss styloideus os temporale, mandibulla dan os
hyoideum. Prenulum adalah lipatan pendek membran mukosa pada garis tengah yang
berjalan tepat di bawah dan di belakang ujung lidah menuju dasar mulut.
Suplai darah:
Arteri
lingualis( cabang arteria karotis externa).
Drainase
limpe: menuju kelenjar limpe cervitalis.
Inervasi:
a. Sensorik:
nervus lingualis (cabang nervus mandibularis, cabang nervus cranialis v)
menginervasi dua pertiga anterior kidah untuk pengecapan; nervus vacialis
(tranialis VII) menginervasi sepertiga anterior untuk rasa kecap; nervus
glussopharyngeus (cranialis IX) menginervasi sepertiga posterior untuk raba dan
rasa kecap.
b. Motorik:
nervus hypoglossus (cranialis XII)
Kelenjar ludah
Kelenjar ludah terdiri dari sel-sel
pensekresi saliva
Kelenjar ludah
Parotis, kanan dan kiri
Submandibularis, kanan dan kiri
Sublingualis, kanan dan kiri
GLANDULA PAROTIS
Gkandula
parotis adalah kelenjar berbentuk baji tidak beraturan terletak dibagian depan,
bawah, dan belakang daun telinga. Ductus Parotis keluar dari batas anterior,
berjalan horizontal melintasi pipi, menembus lemak dan musculus buccinator,
membuka di bagian dalam pipi di seberang gigi molar 2 atas.
Cabang-nervus fasialis (Cranialis
VII) berjalan kedapan melalui kelenjar mencapai otot-otot wajah.
GLANDULA
SUBMANDIBULARIS
Terletak
di bagian belakang dasar mulut tertutup di bawah angulus mandibula. Ductusnya
berjalan ke depan pada dasar mulut membuka ke dalam mulut pada bagian samping
lidah.
GLANDULA
SUBLINGUALIS
Terletak
di bawah membran mukosa dasar mulut dan tertutup di bawah bagian depan lidah.
Kelenjar ini memiliki sekitar 12 saluran kecil yang membuka kedalam dasar
mulut.
Kelenjar
ludah mensekresi saliva sebagai respon terhadap antisipasi makanan atau adanya
makanan di dalam mulut. Rangsangan melalui saraf parasimaptis menghasilkan
dilatasi pembuluh darah di dalam kelenjar dan mengalirkan saliva.
Bila
lidah digulung kebelakang tampak permukaan bawah yang disebut frenulum lingua,
sebuah struktur ligamen yang halus yang mengaitkan bagian posterior lidah pada
dasar mulut. Seraput lendir (membran mukosa) lidah selalu lembap. Permukaan
atas seperti beludru dan ditutupi papil-papil, terdiri atas 3 jenis yaitu:
Papila
sirkumvalata, ada 8 hingga 12 buah yang terletak pada pangkal lidah atau dasar
lidah, jenis papila yang terbesar tersusun seperti huruf V.
Papila
fungiformis, penyebar pada permukaan ujung sisi lidah dan berbentuk jamur.
Papila
filiformis, merupakan papila terbanyak dan menyebar di seluruh permukaan lidah.
Organ ujung untuk mengecap adalah puting pengecap yang sangat banyak terdapat
didalam dinding papila sirkumvalata dan filiformis. Papila filiformis lebih
berfungsi untuk menerima rasa sentuhan dari rasa pengecapan yang sebenarnya.
Seraput lendir langit-langit dan faring juga bermuatan puting-puting pengecap.
Makanan
dapat dirasakan kalo makanan dalam bentuk cair dan harus bersentuhan dengan
ujung saraf yang mampu menerima rangsangan yang berbeda-beda dan menimbulkan
kesan rasa yang berbeda pula. Lidah memiliki persarafan yang majemuk dari saraf
hipoglusus (saraf otak XII), daya perasaanya di bagi menjadi “perasaan umum”,
yang menyangkut taktil perasa, seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan,
kepadatan, dsb dan “rasa pengecap khusus”.
Implus
perasaan umum bergerak mulai dari bagian anterior lidah dalam serabut saraf
lingual yang merupakan sebuah cabang urat syaraf klanial ke V, sementara implus
indra pengecap bergerak dalam korda timpani bersam syaraf lingual, lantas
bersatu dengan syaraf langial ke VII (Nervus fasilalis) dan saraf IX
(glosofaringeus) yang membawa impuls saraf. Dengan demikian indra pengecapan
lidah di layani syaraf klanial ke V, ke VII, dan ke IX. Kelenjar ludah
mengeluarkan saliva kira-kira ½ liter dalam 24 jam dalam mengolah enzim
amilase, sebagai katalisator dalam perubahan karbohidrat menjadi monosakarida
dan disakarida. Selaput lendir
langit-langit dan faring juga bermuatan puting-puting pengecap.
2.4 FUNGSI LIDAH
a. Menunjukkan
kondisi tubuh
Selaput lidah manusia
dapat digunakan sebagai indikator metabolism tubuh,terutama kesehatan tubuh
manusia.
1.
Warna Lidah
Kuning menandakan adanya infeksi
bakteri, jika warna kuning menuju kehijauan adanya infeksi bakteri akut. Merah
menandakan aktivitas panas tubuh, jika hanya terdapat pada ujung lidah berarti
adanya panas pd jantung,jika terdapat pada sisi kanan kiri menandakan adanya
ganguan ginjal dan kandung empedu. Ungu berarti adanya aktivitas statis darah,
darah tidak lancar dan ada gangguan. Biru menandakan adanya aktivitas dingin
yang menyebabkan statis darah.
2.
Bentuk Lidah
Tipis ,jika bentuk lidah tipis dan
berwarna pucat menandakan defisiensi (kekurangan) darah yang berhubungan dengan
hati semakin pucat semakin parah gangguan hati tebal, sirkulasi darah tidak
normal menandakan gangguan ginjal dan limpa kaku ,menandakan masuk angin
panjang,adanya akivitas panas pada jantung Retak,adanya ganguan pada lambung
limpa dan jantung
b. Membasahi
makanan di dalam mulut
c. Kelenjar
sublingualis, terletak di bawah lidah
d. Mengecap
atau merasakan makanan
e. Membolak-balik
makanan
f. Menelan
makanan
g. Mengontrol
suara dan dalam mengucapkan kata-kata
2.5 KELAINAN PADA LIDAH
Penyakit
yang biasa menyerang lidah yaitu sariawan. Yang disebabkan oleh kekurangan
vitamin C, sariawan menimbulkan rasa peri, sehingga sangat mengganggu saat kita
makan atau minum, sariawan bisa diobat dengan memakan banyak buah-buahan yang
mengandung banyak vitamin C.
Secara
klinik, indra pengecap, seperti indra penciuman, sangat peka dan dapat hilang
karena pelek atau gangguan pada mulut, lambung dan saluran pencernaan. Seorang
dokter yang dapat juga dibantu oleh seorang parawat, memeriksanya dengan
seksama, apakah indra pengecap itu kering atau lembab, membengkak, lembek dan
pucat,atau mengecil dan berwarnah merah, berbulu, pecah atau retak-retak.
Glositis,
atau peradangan lidah, bisa akut ataupun kronis, dengan gejala-gejala berupa
adanya ulkus dan lendir yang menutupi lidah. Peradangan ini biasanya timbul
pada pasien yang mengalami gangguan pencernaan ataupun infeksi pada gigi. Lidah
lembek dan pucat, dengan bekas-bekas gigitan pada pinggirannya. Biasanya,
glottis kronis menghilang, apabila kesehatan
badan membaik dan pemeliharaan hygiene mulut yang baik. Lekoplakia
ditandai oleh adanya bercak-bercak putih yang tebal pada permukaan lidah (juga
selaput lender pipi dan gusi). Hal ini biasa terlihat pada seseorang yang suka
merokok.
Contoh
gambar penyakit pada lidah:
a. Oral
candidosis.
Penyebabnya
adalah jamur yang disebut candida albicans.Gejalanya lidah akan tampak tertutup
lapisan putih yang dapat dikerok.
b. Atropic
glossitis
Penyakit
ini juga sering ditemukan. Lidah akan terlihat licin dan mengkilat baik seluruh
bagian lidah maupun hanya sebagian kecil. Penyebab yang paling sering biasanya
adalah kekurangan zat besi. Jadi banyak didapatkan pada penderita anemia.
c. Atropic
glossitis
Lidah
seperti peta, berpulau-pulau. Baik banyak maupun sedikit. Bagian pulau itu
berwarna merah dan lebih licin dan bila parah akan dikelilingi pita putih
tebal.
d. Fissured
tongue
Lidah
akan terlihat pecah-pecah. Kadang garis hanya satu ditengah, kadang juga
bercabang-cabang.
e. Glossopyrosis
Kelainan
ini berupa keluhan pada lidah dimana lidah terasa sakit dan panas dan terbakar
tetapi tidak ditemukan gejala apapun dalam pemeriksaan. Hal ini kebanyakan
karena psikosomatis dibandingkan dengan kelainan pada syaraf.
2.6 CARA MERAWAT KESEHATAN LIDAH
Agar
lidah tetap dapat merasakan kelezatan makanan kita harus menjaga kesehatan
lidah, berikut beberapa saranya yaitu:
a.
Tidak memakan makanan yang terlalu panas
atau terlalu dingin
b.
Tedak memakan makanan yang terlalu padas
c.
Memakan buah-buahan dan sayur-sayuran
yang mengandung vitamin C setiap hari
d. Menyikat
gigi secara perlahan agar tidak melukai lidah.
BAB III
ASUHAN KEPERWATAN
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama, umur,
jenis kelamin,
suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, nomor register,
tanggal masuk dan nama penanggung jawab pasien selama dirawat.
b. Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan utama
Alasan spesifik untuk kunjungan anak ke klinik,
kantor, atau rumah sakit.
2.
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama dari awitan
paling awal sampai perkembangannya saat ini. Terdapat komponen utama yaitu: rincian awitan, riwayat interval yang lengkap, status saat ini, alas
an
untuk mencari bantuan
saat ini.
3.
Riwayat penyakit dahulu
4.
Riwayat penyakit keluarga
Apakah didalam
keluarga ada salah satu anggota yang menderita tumor lidah.
5.
Riwayat imunisasi
c. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
1. Aktivitas
Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri, ansietas.
2. Eliminasi
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare,
perubahan eliminasi
urin, perubahan bising usus, distensi abdomen.
3. Makanan/cairan
Kebiasaan diit buruk ( rendah
serat, aditif, bahan pengawet), anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering, intoleransi makanan,perubahan berat badan, perubahan
kelembaban/turgor kulit.
4. Neurosensori
Sakit kepala, tinitus, tuli, juling.
5. Nyeri/kenyamanan
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri telinga (otalgia), rasa kaku di daerah leher karena fibrosis jaringan akibat penyinaran.
6. Pernapasan
Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok), pemajanan.
7. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama / berlebihan, demam, ruam kulit.
8. Seksualitas
Masalah seksual misalnya dampak hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan.
9. Interaksi sosial
Ketidakadekuatan atau
kelemahan sistem pendukung.
d. Pemeriksaan Fisik
Sistem pengkajian fisik, baik struktur internal dan eksternal mulut dan tenggorok
diinspeksi dan palpasi. Perlu untuk melepaskan gigi palsu dan lempeng parsial
untuk menjamin inspeksi
menyeluruh terhadap gusi. Secara umum, pemeriksaan dapat diselesaikan dengan penggunaan sumber lampu terang (penlight) dan depresor
lidah. Sarung tangan digunakan
untuk mempalpasi lidah dan adanya abnormalitas.
1. Bibir
Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembaban, hidrasi, warna, tekstur, simetrisitas, dan adanya ulserasiatau fisura. Bibir harus lembab, merah muda, lembut dan simetris.
2. Gusi
Gusi diinspeksi terhadap
inflmasi, perdarahan, retraksi, dan perubahan
warna. Bau napas juga dicatat.
3. Lidah
Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur,
warna, dan lesi. Papila tipis, lapisan putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal
dorsal lidah. Selanjutnya dibagian permukaan venteral
lidah dan dasar mulut lidah. Adanya lesi pada mukosa yang melibatkan vena superfissial pada permukaan bawah lidah terlihat. Spatel lidah digunakan
untuk menekan lidah guna mendapatkan visualisasi adekuat
terhadap faring.
4. Rongga Oral
Pengkajian rongga
oral sangat penting, karena banyak gangguan
seperti kanker, diabetes,
dan kondisi imunosupresidari terapi obat atau AIDS dimanifestasikan oleh perubahan pada rongga oral. Leher diperiksa
terhadap pembesaran nodus limpa.
e. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajian anak umur 4 tahun yaitu kecepatan
tumbuh masih sama dengan
kecepatan tumbuh kembang pada tahun
sebelumnya, lompat tali dan lompat satu kaki, menangkap
bola dengan baik, melempar bola dari atas kepala, berjalan menurun tangga dengan kaki kanan-kiri secara bergantian, menggunakan gunting dengan
berhasil untuk memotong gambar dengan mengikuti
garis, dapat mengikat tali sepatu
tetapi tidak dapat membuat simpul, menyebutkan satu warna atau lebih, mnggunakan kalimat yang terdiri atas empat atau lima kata, menceritakan cerita yang berlebihan.
f. Pemeriksaan Diagnostik
1. Ultrasound yaitu dipakai untuk menilai massa superficial.
2. Scan CT dan Megnetic Resonance Imaging (MRI) yaitu digunakan untuk lesi lebih dalam dan menilai struktur
lebih dalam pada tumor dan menunjukkan apakah
terdapat metastase
atau tidak.
3.2 DIAGNOSA
1.
Hipertermi berhubungan dengan
proses peradangan penyakit
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi
adekuat akibat kondisi
oral.
3.
Nyeri
yang berhubungan
dengan
lesi oral
atau
pengobatan.
4.
Kerusakan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan neurology dan kemampuan
menelan.
5.
Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan
penyakit atau pengobatan
6. Kurang pengetahuaan tentang proses
penyakit dan rencana pengobatan
3.3 INTERVENSI
DAN RASIONAL
a.
Hipertermi berhubungan dengan
proses peradangan penyakit Tujuan : suhu tubuh dalam batas
normal.
KH : suhu tubuh dalam batas
normal, badan tidak terasa panas Intervensi :
1.
Kaji suhu dan tanda- tanda vital, keadaan
klien.
Rasional : Memantau
perubahan suhu tubuh
2.
Pantau suhu klien, perhatikan menggigil.
Rasional : Suhu 38,-41,1’C menunjukan proses
penyakit infeksius.
3.
Berikan kompres mandi hangat.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam.
4.
Anjurkan pasien untuk banyak minum.
Rasional : Mempertahankan intake.
5.
Anjurkan pasien memakai pakaian
yang tipis dan menyerap
keringat.
Rasional : Menurunkan suhu tubuh
6.
Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat
akibat kondisi oral.
Tujuan : nutrisi
terpenuhi
Kriteria hasil
: BB
sesuai usia
Nafsu makan meningkat
Tidak mual / muntah
Intervensi :
1.
Timbang BB
tiap
hari.
Rasional : untuk mengetahui terjadinya penurunan
BB dan mengetahui tingkat perubahan.
2.
Berdiit makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur).
Rasional : untuk membantu perbaikan
absorbsi usus.
3.
Anjurkan klien untuk makan dalam keadaan
hangat.
Rasional : keadaan
hangat dapat meningkatkan nafsu makan.
4.
Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering.
Rasional : untuk memenuhi
asupan makanan.
5.
Berikan diit tinggi kalori, protein
dan mineral serta rendah
zat sisa.
Rasional : untuk memenuh
gizi yang cukup.
6.
Colaboration pemberian obat antipiretik.
7.
Rasional : untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa mual dan muntah
c. Nyeri yang
berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan.
Tujuan : Nyeri hilang lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi
Kriteria Hasil : skala nyeri 0
Klien mengatakan nyeri berkurang
Nadi 60 – 90 x / menit
Klien nyaman, tenang, rileks
Intervensi
1.
Kaji karakteritas
dan
letak nyeri.
Rasional:
untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri.
2.
Ubah posisi
klien bila terjadi nyeri, arahkan
ke posisi yang paling nyaman.
Rasional:
posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri.
3.
Observasi nyeri berkurang
atau tidak.
Rasional : Mengetahui skala nyeri saat ini.
4.
Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
(teknik penggurang rasa nyeri non farmakologi).
Rasional : Mengurangi rasa nyeri.
5.
Diskusikan dengan
keluarga tentang nyeri yang dialami
klien.
Rasional : Keluarga
berpartisipasi dalam pengobatan
6.
Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik
Rasional : untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri
d. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan
neurologi dan kemampuan
menelan.
Tujuan : tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal.
Kriteria hasil : komunikasi lancar.
Intervensi :
1.
Kaji kemampuan komunikasi klien.
Rasional : Mengetahui kemampuan komunikasi klien.
2.
Sediakan alat komunikasi yang lain seperti
papan tulis atau buku jika klien
tidak dapat berkomunikasi verbal
Rasional : Membantu
dalam berkomunikasi.
3.
Responsif terhadap bel panggilan dari klien Rasional : Menjaga
kepercayaan dari pasien.
e. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan penyakit atau pengobatan.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor,
color, dolor, tumor dan fungsion laesa)
TTV normal terutama suhu (36-37 oC)
Intervensi :
1.
Monitor
TTV.
Rasional : Suhu yang meningkat
dapat menunjukkan terjadi
infeksi (color).
2.
Kaji luka pada abdomen dan balutan.
Rasional :
Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus.
3.
Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik rawat luka dengan
antisep dan antiseptic.
Rasional
:
Mencegah
kontaminasi silang / penyebaran
organisme infeksius.
4.
Kolaborasi pemberian antibiotic.
Rasional : Antibiotik
untuk mencegah terjadinya infeksi.
f. Kurang pengetahuaan tentang proses
penyakit dan rencana pengobatan
Tujuan : keluarga dapat menyatakan pemahaman proses penyakit
Krriteria Hasil :
menyatakan pemahaman proses penyakit
Intervensi :
1.
Kaji ulang proses
penyakit, penyebab/efek hubungan faktor
yang menimbulkan gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan faktor pendukung.
Rasional : Mengetahui sejauh mana keluarga memahami penyakit
tersebut.
2.
Tentukan persepsi tentang proses penyakit.
Rasional : Menyamakan pola pikir.
3.
Jelaskan tentang penyakit yang diderita klien.
Rasional : Memberikan informasi.
4. Diskusikan kembali dengan keluarga
Rasional : Mengetahui sejauhmana informasi yang diterima keluarga
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
·
Lidah
adalah salah satu dari panca indera manusia. Lidah berfungsi sebagai organ
pengecap, pada lidah terdapat reseptor untuk rasa. Reseptor ini peka terhadap
stimulus dari zat-zat kimia, sehingga disebut kemoreseptor.
·
Terdapat empat macam papila lidah:
-
Papila foliate, pada pangkal lidah
bagian lateral,
-
Papila fungiformis, pada bagian
anterior.
-
Papila sirkumfalata, melintang pada
pangkal lidah.
-
Papila Filiformis, terdapat pada bagian
posterior. Pada foliate tidak terdapat kuncup-kuncup pengecap.
·
Kemampuan reseptor tersebut dikumpulkan
menjadi 5 kategori umum : asam, asin, manis, pahit dan umami disebut sensasi
pengecapan utama.
·
Makanan
atau minuman yang
telah berupa larutan di dalam mulut akan merangsang ujung-ujung saraf pengecap. Oleh saraf pengecap,
rangsangan rasa ini diteruskan ke pusat saraf pengecap di otak. Selanjutnya, otak
menanggapi rangsang tersebut sehingga kita dapat merasakan rasa suatu jenis
makanan atau minuman.
·
Kelainan yang ada pada lidah yaitu: oral candidosis, atropic glossitis,
geografic tongue, fissured tongue, glossopyrosis.
4.2 SARAN
Pada sistem indera ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan, baik
karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan
mengkonsumsi makanan. Untuk
itu jagalah kesehatan anda, salah satunya dengan menjaga alat indera kita.
DAFTAR PUSTAKA
ADAM, George L. 1997. Buku ajar penyakit THT. Jakarta: EGC .
Ganong WF. 2003. Review of Medical Physiology Ed.21. USA:
McGraw-Hill.
Pearce, Evelyn. C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
Gramedia.
Wong,
L. Donna, dkk. 2009. Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Vol 1 Wong. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar