Judul Jurnal : Azithromycin 1.5% ophthalmic solution:
efficacy and treatment modalities in chronic blepharitisfvv
Latar
Belakang
Blefaritis
merupakan penyakit umum pada kelopak mata. Ditandai dengan kemerahan, gatal dan
adanya lapisan krusta di kelopak mata. Anterior blefaritis mengenai lamella
dari kelopak mata sedangkan posterior blefaritis mengenai posterior lamellar
yang disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibom karena cairan yang kental atau tersumbat
pada muara meibom. Blefaritis kronis biasanya disebabkan chalazion, acne rosacea, dan dry eye.
Blefaritis
kronis merupakan penyakit multifactorial dengan componen inflamasi dan mekanik.
Biasanya berhubungan dengan patogen okluer seperti staphylococci,
staphylococcus epdermidis, and
staphylococcus aureus yang merupakan flora di kelopak mata. Keluhan yang sering
berulang membutuhkan terapi standar yang terus menerus seperti menjaga
kebersihan kelopak mata dengan eye scrup dan kompres hangat pada mata. Terapi
antibiotic tropical (seperti eritromisin dan fusudic acid), antibiotic sistemik
(tetrasiklin), tropical corticosteroid, dan terapi air mata pengganti. Antibiotik
menurunkan perkembangan bakteri, kortikosteroid dapan menurunkan reaksi
inplamasi. Walaupun begitu hasil pengobatan masih belum memuaskan baik bagi
dokter maupun pasien. Karena angka kekambuhan yang tinggi setelah pengobatan
dihentikam.
Saat ini,
tropikal azitromisin sebagai generasi kedua macrolide telah di rekomendasikan
sebagai novel treatment. Sejak
kemunculannya dianggap lebih baik dibandingkan dengan eritromisin dan kombinasi
kompres hangat pada terapi blefaritis. Keunggulan Azitromisin merupakan
antibiotic spectrum luas, anti inflamasi, distribusi tinggi pada jaringan
konjungtiva dan kelopak mata dan prolong in
vivo post antibiotic effect.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui effektivias pengobatan azitromisin tropikal 1,5% kombinasi dengan
prilaku menjaga kebersihan klopak mata pada pasien yang menderita blefaritis
sedang sampai parah, anterior ataupun posterior bleferitis dan untuk
membandingkan rejimen pengobatan 3 hari versus pengobatan jangka panjang selama
1 bulan.
Metodelogi
Penelitian
ini merupakan Randomize Prospective Study yang dilakukan antar bulan Juli 2010
dan Desember 2010 di dua tempat; The Opthalmic Consultant di Beirut praktek
pribadi yang bekerja sama dengan Libanese American University dan Opthalomolgy
Departrment of Hotel Dieu de France Hospital (Saint Joseph University), Beirut,
Lebanon.
Enam
puluh tujuh pasien dengan diagnosis blefaritis sedang sampai berat, anterior
ataupun posterior kronik blefaritis bersedia mengikuti penelitian dan diamati
selama 3 bulan. Kriteria inklusi pasien berusia diatas 18 tahun yang datang berobat ke The Opthalmic Consultant
di Beirut atau Opthalomolgy Departrment of Hotel Dieu de France Hospital
periode juli 2010 dan desember 2010 dengan keluahan gatal, rasa terbakar, air
mata terus mengalir, terasa seperti ada benda asing atau penglihatan kabur dan
keluhan mata merah , collarettes,
telangiectasia atau meibom gland
disfungtion (MGD). Kriteria ekslusi; pasien menolak mengikuti penelitian,
abnormalitas struktur kelopak mata dan corneal
scaring. Pasien diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian. Semua
pasien menandatangani informed consent sebelum mengikuti penelitian. Pasien
dilakukan pemeriksaan pada minggu pertama,
bulan pertama dan bulan ke tiga.
Setelah mendapat pengobatan. Setiap pertemuan dengan pasdien dilakukan
anamnesis mengenai keluhan berupa gatal, rasa terbakar, tearing, sensai seperti ada benda asing dan penglihatan kabur.
Keluhan pasien di kelompokan berdasarkan grade (tabel 1). Pada pemeriksaan slit lamp untuk mengidentifikasi
gejala dari blefaritis seperti; collarettes
eyelid, kemerahan dan bengkak pada kelopak mata dengan atau tanpa telangiectasia, dan MGD akibat gangguan eksresi kelenjar
meibom. Kedua mata pasien diperiksa tetapi mata yang paling parah di masukan ke
analisi statistic.
Sistem
skoring menggunakan table 1. Yang di adaptasi dari International Ocular
Inflamatory Society (IOIS).
Tabel 1: system
skoring blefaritis kronik
Pasien
secara acak dibagi menjadi 2 kelompok. Pengacakan
dilakukan dengan komputer. Kriteria eklusi; kelaiana struktur kelopak mata,
keratitis atau iridocyclitis, pernah operasi mata dalam 3 bulan terakhir,
memiliki alergi terhadap azitromisin atau antibiotik mikrolide yang lain,
menjalani pengobatan lain selama penelitian: oral atau ocular antibiotik,
tropikal atau sistemik steroid, okular NSAID, sisklosporin
tropikal mata, antihistamin, hamil dan sedang menyusui.
Semua pasien mendapat perlakuan
kebersihan mata yang sama dengan sabun eye-friendly (Baby Johnson Shampoo,
Johnson & Johnson )sebelum dan saat bangun tidur selama 5 menit. Dan dilanjutkan
kompres hangat. Grup 1 diberikan tetes mata tropikal azitromisin 1,5% dua kali
sehari selama 3 hari. Grup II diberikan obat yang sama dua kali sehari selama 3
hari kemudian dilanjutkan 1 kali sehari sebelum tidur selama I bulan.
Analisis statistic menggunakan SPSS versi 13,0.
Bermakna jika P value <0,05. Dilanjutkan dengan uji Wilcoxon untuk nilai
rata derajat keparahan.
Hasil
Tujuh
puluh pasien diagnosis menderita blefaritis anterior atau posterior
antara bulan Juli 2010 – Desember 2010. 34 pasien di kelompokkan ke kelompok 1
dan 36 ke grup II. 1 pasien dikelompok 1 mengundurkan diri karena Alergi
terhadap regimen obat dan 2 pasien dari kelompok 2 berhenti mengikuti
penelitian karena iritasi yang terus menerus. Jumlah pasien yang diteliti
selama 3 bulan sebanyak 37 pasien (33 Pasien di Grup I dan 34 Pasien di grup
II).
Data Demografik pasien di tampilkan
dalam table 2. Berdasarkan jenis kelamin pasien laki-laki 32 orang (48%) dan
perempuan 35 orang (52%). Usia pasien bervariasi dari 18 – 82 tahun dengan
nilai rata-rata 55,0±15,0 years.
Tabel 2: Data Demograpik pasien
Nilai rata-rata tingkat keparahan
pada baseline data 2,7 pada grup I dan 2,9, di grup II (p=0,35). Skor mengalami
perbaikan signifikan setelan 1 minggu pengobatan !,6 dan 1,3. Selama follow up
tidak ada perbaikan ataupun perburukan selama 3 bulan pada kedua grup.
Tabel 3: Nilai rata-rata berdasarkan gejala
Nilai
rata-rata tingkat keparahan berdasarkan pemeriksaan klinis digambarkan dalam
table 4 dan figure 1. Skor collaretess eyelids 2.2 di grup I vs 2.1 di grup II
baseline(p=0.67). kemerahan dan bengkak pada grup I mata 1.3 sedangkan grup II
1,5 dan meibom gland disfungtion (MGD)
3,9 di grup I vs 4.1 di grup II.
Tabel 4: Nilai rata-rata tingkat keparahan berdasarkan pemeriksaan
klinis
Figur 1: skor tingkat keparahan grup I dan II
Perlu
diperhatikan, Collaretes eyelids, tingkat keparahannya mengalami perbaikan
signifikan setelah 1 minggu diberikan terapi pada kedua grup tanpa ada
perubahan pada pengamatan 1 bulan dan 3 bulan. Bengkak dan kemerahan tingkat
keparahan mengalami perbaikan signifikan sejak 1 minggu pertama setelah
diberikan terapi tanpa ada perubahan pada pengamatan 1 bulan dan 3 bulan.
Tingkat kekambuhan lebih tinggi pada grup
I (P=0.07) dibandingkan dengan grup II (p=0.01). pasein grup I mengalami
perburukan (MGD) setelah 1 bulan terapi (p= 0.06) dan tiga bulan (p=0.11).
(table 5)
Tabel 5: Perbaikan gejala berdasarkan pemeriksaan klinis grup I dan II
Kesimpulan
Tetes mata azitromisin 1.5% menunjukan efektifitas
yang baik dalam tatalaksana blefaritis kronik. Blefaritis sedang dan parah
dalam I bulan terapi dengan Azitromisin 1.5% (2 kali sehari selama 3 hari
dilanjutkan 1 kali sehari sebelum tidur selama 1 bulan) aman dan memilki
toleransi yang baik dan hasil pengobatan lebih memuaskan dibandingkan
pengobatan 3 hari.
Rangkuman
dan hasil Pembelajaran
Blefaritis
merupakan penyakit umum pada kelopak mata. Ditandai dengan kemerahan, gatal dan
adanya lapisan krusta di kelopak mata. Anterior blefaritis mengenai lamella
dari kelopak mata sedangkan posterior blefaritis mengenai posterior lamellar
yang disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibom karena cairan yang kental,
tersumbat pada muara meibom. Blefaritis kronis biasanya disebabkan chalazion, acne rosacea, dan dry eye.
Blefaritis
kronis merupakan penyakit multifactorial dengan componen inflamasi dan mekanik.
Biasanya berhubungan dengan patogen okluer seperti staphylococci,
staphylococcus epdermidis, and
staphylococcus aureus yang merupakan flora di kelopak mata.
Sampai saat ini hasil pengobatan masih belum memuaskan baik bagi dokter maupun
pasien. Karena angka kekambuhan yang tinggi setelah pengobatan dihentikam.
tropikal
azitromisin sebagai generasi kedua macrolide telah di rekomendasikan sebagai novel treatment. Tujuan dari penelitian
ini untuk mengetahui effektivias pengobatan azitromisin tropikal 1,5% kombinasi
dengan prilaku menjaga kebersihan klopak mata pada pasien yang menderita
blefaritis sedang sampai parah, anterior ataupun posterior bleferitis dan untuk
membandingkan rejimen pengobatan 3 hari versus pengobatan jangka panjang selama
1 bulan.
Tetes mata azitromisin 1.5% menunjukan efektifitas
yang baik dalam tatalaksana blefaritis kronik. Blefaritis sedang dan parah dalam
I bulan terapi dengan Azitromisin 1.5% (2 kali sehari selama 3 hari dilanjutkan
1 kali sehari sebelum tidur selama 1 bulan) aman dan memilki toleransi yang
baik dan hasil pengobatan lebih memuaskan dibandingkan pengobatan 3 hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar