Rabu, 26 September 2018

JURNAL BLEFRITIS


Judul Jurnal : Azithromycin 1.5% ophthalmic solution: efficacy and treatment modalities in chronic blepharitisfvv

Latar Belakang
Blefaritis merupakan penyakit umum pada kelopak mata. Ditandai dengan kemerahan, gatal dan adanya lapisan krusta di kelopak mata. Anterior blefaritis mengenai lamella dari kelopak mata sedangkan posterior blefaritis mengenai posterior lamellar yang disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibom karena cairan yang kental atau tersumbat pada muara meibom. Blefaritis kronis biasanya disebabkan chalazion, acne rosacea, dan dry eye.
Blefaritis kronis merupakan penyakit multifactorial dengan componen inflamasi dan mekanik. Biasanya berhubungan dengan patogen okluer seperti staphylococci, staphylococcus  epdermidis, and staphylococcus aureus yang merupakan flora di kelopak mata. Keluhan yang sering berulang membutuhkan terapi standar yang terus menerus seperti menjaga kebersihan kelopak mata dengan eye scrup dan kompres hangat pada mata. Terapi antibiotic tropical (seperti eritromisin dan fusudic acid), antibiotic sistemik (tetrasiklin), tropical corticosteroid, dan terapi air mata pengganti. Antibiotik menurunkan perkembangan bakteri, kortikosteroid dapan menurunkan reaksi inplamasi. Walaupun begitu hasil pengobatan masih belum memuaskan baik bagi dokter maupun pasien. Karena angka kekambuhan yang tinggi setelah pengobatan dihentikam.
Saat ini, tropikal azitromisin sebagai generasi kedua macrolide telah di rekomendasikan sebagai novel treatment. Sejak kemunculannya dianggap lebih baik dibandingkan dengan eritromisin dan kombinasi kompres hangat pada terapi blefaritis. Keunggulan Azitromisin merupakan antibiotic spectrum luas, anti inflamasi, distribusi tinggi pada jaringan konjungtiva dan kelopak mata dan prolong in vivo post antibiotic effect.


Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui effektivias pengobatan azitromisin tropikal 1,5% kombinasi dengan prilaku menjaga kebersihan klopak mata pada pasien yang menderita blefaritis sedang sampai parah, anterior ataupun posterior bleferitis dan untuk membandingkan rejimen pengobatan 3 hari versus pengobatan jangka panjang selama 1 bulan.

Metodelogi
Penelitian ini merupakan Randomize Prospective Study yang dilakukan antar bulan Juli 2010 dan Desember 2010 di dua tempat; The Opthalmic Consultant di Beirut praktek pribadi yang bekerja sama dengan Libanese American University dan Opthalomolgy Departrment of Hotel Dieu de France Hospital (Saint Joseph University), Beirut, Lebanon.
            Enam puluh tujuh pasien dengan diagnosis blefaritis sedang sampai berat, anterior ataupun posterior kronik blefaritis bersedia mengikuti penelitian dan diamati selama 3 bulan. Kriteria inklusi pasien berusia diatas 18 tahun yang datang berobat ke The Opthalmic Consultant di Beirut atau Opthalomolgy Departrment of Hotel Dieu de France Hospital periode juli 2010 dan desember 2010 dengan keluahan gatal, rasa terbakar, air mata terus mengalir, terasa seperti ada benda asing atau penglihatan kabur dan keluhan mata merah , collarettes, telangiectasia atau meibom gland disfungtion (MGD). Kriteria ekslusi; pasien menolak mengikuti penelitian, abnormalitas struktur kelopak mata dan corneal scaring. Pasien diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian. Semua pasien menandatangani informed consent sebelum mengikuti penelitian. Pasien dilakukan pemeriksaan pada minggu pertama,  bulan pertama dan bulan ke tiga.  Setelah mendapat pengobatan. Setiap pertemuan dengan pasdien dilakukan anamnesis mengenai keluhan berupa gatal, rasa terbakar, tearing, sensai seperti ada benda asing dan penglihatan kabur. Keluhan pasien di kelompokan berdasarkan grade (tabel 1). Pada  pemeriksaan slit lamp untuk mengidentifikasi gejala dari blefaritis seperti; collarettes eyelid, kemerahan dan bengkak pada kelopak mata dengan atau tanpa telangiectasia,  dan MGD akibat gangguan eksresi kelenjar meibom. Kedua mata pasien diperiksa tetapi mata yang paling parah di masukan ke analisi statistic.
            Sistem skoring menggunakan table 1. Yang di adaptasi dari International Ocular Inflamatory Society (IOIS).
Tabel 1: system skoring blefaritis kronik
           
            Pasien secara acak dibagi menjadi 2 kelompok. Pengacakan dilakukan dengan komputer. Kriteria eklusi; kelaiana struktur kelopak mata, keratitis atau iridocyclitis, pernah operasi mata dalam 3 bulan terakhir, memiliki alergi terhadap azitromisin atau antibiotik mikrolide yang lain, menjalani pengobatan lain selama penelitian: oral atau ocular antibiotik, tropikal atau sistemik steroid, okular NSAID, sisklosporin tropikal mata, antihistamin, hamil dan sedang menyusui.
            Semua pasien mendapat perlakuan kebersihan mata yang sama dengan sabun eye-friendly (Baby Johnson Shampoo, Johnson & Johnson )sebelum dan saat bangun tidur selama 5 menit. Dan dilanjutkan kompres hangat. Grup 1 diberikan tetes mata tropikal azitromisin 1,5% dua kali sehari selama 3 hari. Grup II diberikan obat yang sama dua kali sehari selama 3 hari kemudian dilanjutkan 1 kali sehari sebelum tidur selama I bulan.
            Analisis  statistic menggunakan SPSS versi 13,0. Bermakna jika P value <0,05. Dilanjutkan dengan uji Wilcoxon untuk nilai rata derajat keparahan.


Hasil
            Tujuh puluh pasien diagnosis menderita blefaritis anterior atau posterior antara bulan Juli 2010 – Desember 2010. 34 pasien di kelompokkan ke kelompok 1 dan 36 ke grup II. 1 pasien dikelompok 1 mengundurkan diri karena Alergi terhadap regimen obat dan 2 pasien dari kelompok 2 berhenti mengikuti penelitian karena iritasi yang terus menerus. Jumlah pasien yang diteliti selama 3 bulan sebanyak 37 pasien (33 Pasien di Grup I dan 34 Pasien di grup II).
            Data Demografik pasien di tampilkan dalam table 2. Berdasarkan jenis kelamin pasien laki-laki 32 orang (48%) dan perempuan 35 orang (52%). Usia pasien bervariasi dari 18 – 82 tahun dengan nilai rata-rata 55,0±15,0 years.
Tabel 2: Data Demograpik pasien

            Nilai rata-rata tingkat keparahan pada baseline data 2,7 pada grup I dan 2,9, di grup II (p=0,35). Skor mengalami perbaikan signifikan setelan 1 minggu pengobatan !,6 dan 1,3. Selama follow up tidak ada perbaikan ataupun perburukan selama 3 bulan  pada kedua grup.
Tabel 3: Nilai rata-rata berdasarkan gejala

Nilai rata-rata tingkat keparahan berdasarkan pemeriksaan klinis digambarkan dalam table 4 dan figure 1. Skor collaretess eyelids 2.2 di grup I vs 2.1 di grup II baseline(p=0.67). kemerahan dan bengkak pada grup I mata 1.3 sedangkan grup II 1,5 dan  meibom gland disfungtion (MGD) 3,9 di grup I vs 4.1 di grup II.
 
Tabel 4: Nilai rata-rata tingkat keparahan berdasarkan pemeriksaan klinis
Figur 1: skor tingkat keparahan grup I dan II

            Perlu diperhatikan, Collaretes eyelids, tingkat keparahannya mengalami perbaikan signifikan setelah 1 minggu diberikan terapi pada kedua grup tanpa ada perubahan pada pengamatan 1 bulan dan 3 bulan. Bengkak dan kemerahan tingkat keparahan mengalami perbaikan signifikan sejak 1 minggu pertama setelah diberikan terapi tanpa ada perubahan pada pengamatan 1 bulan dan 3 bulan. Tingkat  kekambuhan lebih tinggi pada grup I (P=0.07) dibandingkan dengan grup II (p=0.01). pasein grup I mengalami perburukan (MGD) setelah 1 bulan terapi (p= 0.06) dan tiga bulan (p=0.11). (table 5)
Tabel 5: Perbaikan gejala berdasarkan pemeriksaan klinis grup I dan II

Kesimpulan
Tetes mata azitromisin 1.5% menunjukan efektifitas yang baik dalam tatalaksana blefaritis kronik. Blefaritis sedang dan parah dalam I bulan terapi dengan Azitromisin 1.5% (2 kali sehari selama 3 hari dilanjutkan 1 kali sehari sebelum tidur selama 1 bulan) aman dan memilki toleransi yang baik dan hasil pengobatan lebih memuaskan dibandingkan pengobatan 3 hari.

Rangkuman dan hasil Pembelajaran
            Blefaritis merupakan penyakit umum pada kelopak mata. Ditandai dengan kemerahan, gatal dan adanya lapisan krusta di kelopak mata. Anterior blefaritis mengenai lamella dari kelopak mata sedangkan posterior blefaritis mengenai posterior lamellar yang disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibom karena cairan yang kental, tersumbat pada muara meibom. Blefaritis kronis biasanya disebabkan chalazion, acne rosacea, dan dry eye.
            Blefaritis kronis merupakan penyakit multifactorial dengan componen inflamasi dan mekanik. Biasanya berhubungan dengan patogen okluer seperti staphylococci, staphylococcus  epdermidis, and staphylococcus aureus yang merupakan flora di kelopak mata.
Sampai saat ini hasil pengobatan masih belum memuaskan baik bagi dokter maupun pasien. Karena angka kekambuhan yang tinggi setelah pengobatan dihentikam.
tropikal azitromisin sebagai generasi kedua macrolide telah di rekomendasikan sebagai novel treatment. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui effektivias pengobatan azitromisin tropikal 1,5% kombinasi dengan prilaku menjaga kebersihan klopak mata pada pasien yang menderita blefaritis sedang sampai parah, anterior ataupun posterior bleferitis dan untuk membandingkan rejimen pengobatan 3 hari versus pengobatan jangka panjang selama 1 bulan.
Tetes mata azitromisin 1.5% menunjukan efektifitas yang baik dalam tatalaksana blefaritis kronik. Blefaritis sedang dan parah dalam I bulan terapi dengan Azitromisin 1.5% (2 kali sehari selama 3 hari dilanjutkan 1 kali sehari sebelum tidur selama 1 bulan) aman dan memilki toleransi yang baik dan hasil pengobatan lebih memuaskan dibandingkan pengobatan 3 hari.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Naska Role Play dan Makalah Komunikasi Terapiutik Di UGD

  BABI PENDAHULUAN 1.1    Latar Belakang Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi yang akurat dan ...